Jumat, 24 januari 2014, pagi itu sekitar pukul 7.45 Makassar
di guyur hujan lebat, yah ! seperti biasa pada
saat-saat seperti ini
, di suasana beku membutku enggan tuk beranjak dari pinggir
ranjang kayuku dimana aku berpijak sambil terpaku di depan layar notebook kakakku.
Hari-hariku memang
selalu dihiasi dengan hal-hal sederhana, notebook,modem, secangkir kopi, dan
aku sendiri sudah layaknya bagai sepaket barang yang sulit tuk dipisahkan.
Sesekali di sela kegiatan online-ku kulirik jam yang ada tepat di sudut kanan bawah monitor notebook-ku (sebenarnya bukan notebook
punyaku tapi punya kakakku,tapi anggap saja begitu).
Pukul 8.10 saatnya
untuk mandi dan bersiap-siap ke kampus. Dinginnya air di bak mandiku serta
hujan yang masih setia mengguyur tidakmengurungkan niatku untuk tetap mandi.
Setelah semuanya siap, aku pun berangkat ke kampus dengan dibonceng oleh
kakakku, tentunya dengan balutan jas
hujan.
Jarak
kampus dan rumahku mungkin sekitar 25 menit dengan kecepatan motor 60 km/jam.
Di kampusku yang dikenal dengan berbagai julukan seperti kampus orange, kampus
pencetak guru, bahkan kampus tawuran dan sebagainya, terlihat beberapa
mahasiswa ber jas alamamter orange dengan tas yang terlihat menggembung bahkan
juga koper ukuran sedang asik berbincang.
Entah apa yang mereka bincangkan aku tak peduli, yang
kupikirkan saat itu ialah bagaimanakah jadinya perjalanan nanti dengan cuaca
hujan seperti ini ?, dimanakah semua teman-tamanku yang lain ?,jam telah
menunjukkan pukul 9 lewat., bagaimanakah dengan konsumsi saat perjalanan nanti.
Yah, itulah yang ada
di pikiranku sebagai ketua panitia dalam kegiatan PKL ke toraja kali ini. Namun
disitulah serunya menurutku.
Semua terjawab seiring dengan berlalunya menit demi menit,
dan tidak jauh dari yang direncanakan. Sekitar pukul 10 kami berangkat. Kelasku
tercinta, pendidikan biologi ’13 yang berisi 56 orang , namun sayang tidak
semua berangkat dalam kegiatan ini, hanya 54 orang, dikarenakan kedua kawanku tersebut harus
mengurungkan niatnya untuk pergi dengan alasan kesehatan.
Pada kegiatan ini terdapat tiga kelas yang berangkat
termasuk kelasku. Empat bus berkapasitas 25 orang , sehingga untuk kelas kami
menyewa dua bus , itupun sebenarnya tidaklah cukup, sehingga beberapa dari kami
harus berdiri, namun itu bukanlah masalah bagi kami.
Di bus...
Sebagian besar telah duduk manis di bangku masing-masing
dengan headset tertancap di telinga , jemari yang bergelut dengan keypad
handphone dan bahkan mulut yang sedari tadi mengunyah cemilan entah kapan
berawal dan berakhirnya..
Di sisi belakang, aku hanya berdiri tenang dengan kuda-kuda
serta mencari apapun yang dapat dipegang, ini sebagai bentuk pertahanan diri,
kalau-kalau bus mengerem tiba-tiba.
Kan tidak lucu kalau sampai terpental ke depan
aku lupa bahwa aku sekarang sedang lapar,
sedari pagi belum
makan apapun
hanya secangkir kopi tadi pagi yang mengisi perut
keroncongan ini.
Aku hanya berharap sebagian kecil dari ribuan cemilan yang
beraneka ragam itu disodorkan ke arahku, yah
.. sekedar untuk menghibur perut
ini, apalagi ini bisa aku jadikan alasan untuk tidak muntah sampai tujuan.
Mabuk darat memang sudah menjadi sahabatku sejak SD , namun seiring berjalannya
waktu sedikit demi sedikit aku bisa atasi itu, cemilan...
Dengan cemilan aku dapat mengalihkan fokusku untuk tidak
muntah, cara ini mulai aku kembangkan saat di bangku SMA. Di setiap perjalanan
seperti ini, hanya cemilan yang tahu sampai kapan aku dapat bertahan dari yang
namanya muntah....
Harapanku terkabul, beberapa saat kemudian cemilan yan
kutunggu-tunggu akhirnya mendekatiku satu per satu. Ada keripik , wafer ,
hingga kue yang aku sendiri tidak tau apa namanya
Yang kutau saat ini ialah aku lapar dan itu adalah
satu-satunya sesuatu yang dapat dimakan saat itu..
Lagi pula reputasiku juga tetap terjaga dengan cemilan itu..
kalian pasti mengerti yang kumaksud..
Inchi demi inchi aspal , bus kami lalui dengan pasti..
Kami hanya mengisi waktu dengan candaan , cerita-cerita,
gosip, tawa tak jelas , sampai bernyanyi bersama lantunan dari speaker yang
berada di bagian atas belakang bus , tepatnya di atas dua kursi dari belakang .
yah..
itulah yang kami lakukan untuk mengusir rasa bosan bin jenuh sepanjang
perjalanan panjang ini. Aku tidak tau apakah tiga bus lainnya juga
seperti ini atau bahkan mungkin lebih gila lagi..
Tiit titit tiiit..
Tiba- tiba di tengah keseruan itu aku mendapat pesan sms
dari Fitri , temanku yang berada di bus 1 , kebetulan bus yang aku tumpangi
saat itu adalah bus 2.
Isi dari pesan itu memberitakan bahwa salah seorang teman
kami belum ada di bus..
Sontak aku pun meminta kepada teman lain untuk
menghubunginya. Ini adalah salah satu dari sekian banyak kesalahan yang aku
lakukan dalam kegiatan ini.
Bus 2 tidak mungkin lagi mengubah haluan dan mengambil
temanku tersebut, mengingat bahwa kami telah berada jauh dari kampus, tepatnya
di jalan tol menuju kabupaten Maros.
Satu-satunya solusi ialah bus 1 , yang kebetulan belum
terlalu jauh meninggalkan kampus
Singkat cerita ..
Dari arah saku celanaku bagian depan, terdengar nada itu
lagi
Tit titit tiit..
Dengan tangan yang telah berkucur keringat.. kuraih
handphoneku.. kubuka pesan tersebut..
Pesan yang berisi
bahwa temanku tersebut sudah berada di bus 1..
Pffft.. desahku dengan sok dramatis
Itu membuatku lega, setidaknya untuk saat ini.
Lama berdiri serta tingginya frekuensi hukum kelembaman yang
bekerja padaku akibat pengereman yang selalu tak terduga membuatku cukup lelah,
begitupun kabarnya dengan kaki yang mulai lemas ini.
Otakku memberi perintah bahwa aku harus duduk.. yah aku sepertinya
harus duduk !!
Mulai ku sisir setiap inchi dari bagian bus.. berharap ada
sedikit tempat untuk tubuhku bersandar, dan akhirnya penyisiranku berakhir pada
sepotong tempat kosong yang berada tepat di bangku paling belakang
Seorang teman wanita, sebut saja un* ..
Yang juga merupakan bendahara ke 2 kalas kami. Entah mungkin
dia tahu dari tingkah lakuku yang sedari tadi terlihat gelisah menoleh ke sana
ke mari tak jelas.
Kuperhatikan dia bergeser sedikit ke kanan sambil menawariku
untuk duduk di tempat kosong tadi, yah tepat disampingnya yang sudah sedikt
merenggang dari sebelumnya..
Di bangku penjang yeng terlihat empuk berkapasitas lima
orang dengan akses untuk merekam semua yang ada didalam bus dari belakang sambil
diapit oleh dua cewek, ehm.. mungkin tepatnya dua bidadari. Hehhe
Ku vonis bengku tersebut sebagai satu-satunya bangku VIP di
bus tersebut..
Namun sayang, tawaran tersebut hanya kubalas dengan senyum
tipis tanda tawaran tertolak. Karena aku merasa masih sanggup berdiri , lagi
pula aku tidak enak dengan teman-teman lain yang juga masih berdiri.
Hingga pada akhirnya tepat di tengah kota Maros aku pun
mengabaikan semua itu.. tak ada lagi istilah ‘satu rasa’ dipikiranku saat
itu..dan aku memilih untuk duduk .. di bangku VIP tersebut.
Ternyata apa yang kubayangkan lebih dari yang kuharapkan,
maksudnya??
Ah sudahlah..
Intinya aku dapat bersandar dan memulihkan kaki yang lelah
ini.