04/02/14

Aku, Mereka , dan Toraja (bagian I)


Jumat, 24 januari 2014, pagi itu sekitar pukul 7.45 Makassar di guyur hujan lebat, yah ! seperti biasa pada
saat-saat seperti ini
, di suasana beku membutku enggan tuk beranjak dari pinggir ranjang kayuku dimana aku berpijak sambil terpaku di depan layar notebook kakakku. 
 Hari-hariku memang selalu dihiasi dengan hal-hal sederhana, notebook,modem, secangkir kopi, dan aku sendiri sudah layaknya bagai sepaket barang yang sulit tuk dipisahkan. 

Sesekali di sela kegiatan online-ku kulirik jam yang ada tepat di sudut kanan bawah monitor notebook-ku (sebenarnya bukan notebook punyaku tapi punya kakakku,tapi anggap saja begitu).

 Pukul 8.10 saatnya untuk mandi dan bersiap-siap ke kampus. Dinginnya air di bak mandiku serta hujan yang masih setia mengguyur tidakmengurungkan niatku untuk tetap mandi. Setelah semuanya siap, aku pun berangkat ke kampus dengan dibonceng oleh kakakku, tentunya dengan  balutan jas hujan. 

                Jarak kampus dan rumahku mungkin sekitar 25 menit dengan kecepatan motor 60 km/jam. Di kampusku yang dikenal dengan berbagai julukan seperti kampus orange, kampus pencetak guru, bahkan kampus tawuran dan sebagainya, terlihat beberapa mahasiswa ber jas alamamter orange dengan tas yang terlihat menggembung bahkan juga koper ukuran sedang asik berbincang.

Entah apa yang mereka bincangkan aku tak peduli, yang kupikirkan saat itu ialah bagaimanakah jadinya perjalanan nanti dengan cuaca hujan seperti ini ?, dimanakah semua teman-tamanku yang lain ?,jam telah menunjukkan pukul 9 lewat., bagaimanakah dengan konsumsi saat perjalanan nanti.
 Yah, itulah yang ada di pikiranku sebagai ketua panitia dalam kegiatan PKL ke toraja kali ini. Namun disitulah serunya menurutku.

Semua terjawab seiring dengan berlalunya menit demi menit, dan tidak jauh dari yang direncanakan. Sekitar pukul 10 kami berangkat. Kelasku tercinta, pendidikan biologi ’13 yang berisi 56 orang , namun sayang tidak semua berangkat dalam kegiatan ini, hanya 54 orang,  dikarenakan kedua kawanku tersebut harus mengurungkan niatnya untuk pergi dengan alasan kesehatan.

Pada kegiatan ini terdapat tiga kelas yang berangkat termasuk kelasku. Empat bus berkapasitas 25 orang , sehingga untuk kelas kami menyewa dua bus , itupun sebenarnya tidaklah cukup, sehingga beberapa dari kami harus berdiri, namun itu bukanlah masalah bagi kami.  

Di bus...

Sebagian besar telah duduk manis di bangku masing-masing dengan headset tertancap di telinga , jemari yang bergelut dengan keypad handphone dan bahkan mulut yang sedari tadi mengunyah cemilan entah kapan berawal dan berakhirnya..

Di sisi belakang, aku hanya berdiri tenang dengan kuda-kuda serta mencari apapun yang dapat dipegang, ini sebagai bentuk pertahanan diri, kalau-kalau bus mengerem tiba-tiba.

Kan tidak lucu kalau sampai terpental  ke depan
aku lupa bahwa aku sekarang sedang lapar,

 sedari pagi belum makan apapun
hanya secangkir kopi tadi pagi yang mengisi perut keroncongan ini.
Aku hanya berharap sebagian kecil dari ribuan cemilan yang beraneka ragam itu disodorkan ke arahku, yah 

.. sekedar untuk menghibur perut ini, apalagi ini bisa aku jadikan alasan untuk tidak muntah sampai tujuan. Mabuk darat memang sudah menjadi sahabatku sejak SD , namun seiring berjalannya waktu sedikit demi sedikit aku bisa atasi itu, cemilan...

Dengan cemilan aku dapat mengalihkan fokusku untuk tidak muntah, cara ini mulai aku kembangkan saat di bangku SMA. Di setiap perjalanan seperti ini, hanya cemilan yang tahu sampai kapan aku dapat bertahan dari yang namanya muntah....

Harapanku terkabul, beberapa saat kemudian cemilan yan kutunggu-tunggu akhirnya mendekatiku satu per satu. Ada keripik , wafer , hingga kue yang aku sendiri tidak tau apa namanya
Yang kutau saat ini ialah aku lapar dan itu adalah satu-satunya sesuatu yang dapat dimakan saat itu..

Lagi pula reputasiku juga tetap terjaga dengan cemilan itu.. kalian pasti mengerti yang kumaksud..
Inchi demi inchi aspal , bus kami lalui dengan pasti..

Kami hanya mengisi waktu dengan candaan , cerita-cerita, gosip, tawa tak jelas , sampai bernyanyi bersama lantunan dari speaker yang berada di bagian atas belakang bus , tepatnya di atas dua kursi dari belakang . yah.. 
itulah yang kami lakukan untuk mengusir rasa bosan bin jenuh sepanjang perjalanan panjang ini. Aku tidak tau apakah tiga bus lainnya juga seperti ini atau bahkan mungkin lebih gila lagi..

Tiit titit tiiit..

Tiba- tiba di tengah keseruan itu aku mendapat pesan sms dari Fitri , temanku yang berada di bus 1 , kebetulan bus yang aku tumpangi saat itu adalah bus 2.
Isi dari pesan itu memberitakan bahwa salah seorang teman kami belum ada di bus..

Sontak aku pun meminta kepada teman lain untuk menghubunginya. Ini adalah salah satu dari sekian banyak kesalahan yang aku lakukan dalam kegiatan ini.

Bus 2 tidak mungkin lagi mengubah haluan dan mengambil temanku tersebut, mengingat bahwa kami telah berada jauh dari kampus, tepatnya di jalan tol menuju kabupaten Maros.
Satu-satunya solusi ialah bus 1 , yang kebetulan belum terlalu jauh meninggalkan kampus
Singkat cerita ..
Dari arah saku celanaku bagian depan, terdengar nada itu lagi

Tit titit tiit..

Dengan tangan yang telah berkucur keringat.. kuraih handphoneku.. kubuka pesan tersebut..
Pesan yang berisi  bahwa temanku tersebut sudah berada di bus 1..
Pffft.. desahku dengan sok dramatis
Itu membuatku lega, setidaknya untuk saat ini.

Lama berdiri serta tingginya frekuensi hukum kelembaman yang bekerja padaku akibat pengereman yang selalu tak terduga membuatku cukup lelah, begitupun kabarnya dengan kaki yang mulai lemas ini.
Otakku memberi perintah bahwa aku harus duduk.. yah aku sepertinya harus duduk !!

Mulai ku sisir setiap inchi dari bagian bus.. berharap ada sedikit tempat untuk tubuhku bersandar, dan akhirnya penyisiranku berakhir pada sepotong tempat kosong yang berada tepat di bangku paling belakang
Seorang teman wanita, sebut saja un* ..

Yang juga merupakan bendahara ke 2 kalas kami. Entah mungkin dia tahu dari tingkah lakuku yang sedari tadi terlihat gelisah menoleh ke sana ke mari tak jelas.

Kuperhatikan dia bergeser sedikit ke kanan sambil menawariku untuk duduk di tempat kosong tadi, yah tepat disampingnya yang sudah sedikt merenggang dari sebelumnya..

Di bangku penjang yeng terlihat empuk berkapasitas lima orang dengan akses untuk merekam semua  yang ada didalam bus dari belakang sambil diapit oleh dua cewek, ehm.. mungkin tepatnya dua bidadari. Hehhe
Ku vonis bengku tersebut sebagai satu-satunya bangku VIP di bus tersebut..

Namun sayang, tawaran tersebut hanya kubalas dengan senyum tipis tanda tawaran tertolak. Karena aku merasa masih sanggup berdiri , lagi pula aku tidak enak dengan teman-teman lain yang juga masih berdiri.
Hingga pada akhirnya tepat di tengah kota Maros aku pun mengabaikan semua itu.. tak ada lagi istilah ‘satu rasa’ dipikiranku saat itu..dan aku memilih untuk duduk .. di bangku VIP tersebut.
Ternyata apa yang kubayangkan lebih dari yang kuharapkan, maksudnya??
Ah sudahlah..

Intinya aku dapat bersandar dan memulihkan kaki yang lelah ini.